Mengapa Harus Politik?
Ditulis oleh
Muhamad Yoga Prastyo
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Duta Baca Soedirman 2016
Bagi
sebagian kalangan muda saat ini, mungkin politik merupakan sesuatu yang paling
tidak menarik untuk diikuti perkembangannya. Bahkan untuk mendengar namanya
saja agaknya cukup membuat telinga gatal. Politik bagi kalangan muda saat ini
hanya utopia belaka yang tidak mungkin dapat berjalan dengan baik sebagaimana
harapan masyarakat banyak Indonesia.
Generasi muda saat ini sudah terlalu jenuh dengan
keadaan politik bangsa yang semakin amburadul, dimana para sebagian oknum elit
politik memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya saja. Praktek
seperti korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan fasilitas Negara dan money
politic dalam pemilu sudah bukan menjadi kebudayaan lagi, melainkan vested
interest, sudah menjadi darah daging. Sehingga wajar atas dasar hal
tersebut generasi muda cenderung memilih jalannya sendiri, menjadi apatis.
Lantas apakah dengan kondisi tersebut politik bisa
mendapatkan tempat di kalangan pemuda? Tentu bisa. Perguruan Tinggi merupakan
wadah paling tepat untuk menampung para pemuda dalam berpolitik. Perguruan
Tinggi tidak hanya sebagai tempat belajar sesuatu secara tekstual, melainkan
lebih dari itu. Perguruan Tinggi dapat dijadikan tempat berekspresi,
bersosialisasi, dan berorganisasi bagi para pemuda, dalam hal ini Saya sebut
mahasiswa. Perguruan Tinggi seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi titik awal
untuk memulai politik, lebih tepatnya memulai mendalami dunia politik.
Melihat dari realita kasus di atas dapat Saya pahami
bahwa politik bukan hanya dimiliki oleh generasi tua saja, melainkan generasi
muda juga mempunyai andil dalam berpolitik. Generasi muda seharusnya bisa
mendalami politik lebih dalam lagi. Demokrasi memberikan instuksi bahwa setiap
warga negara berhak menyumbangkan suaranya demi Negara. Satu hal yang Saya pahami lagi bahwa dengan
berpolitik kita bisa menciptakan suatu karya orisinil yang tidak ternilai
harganya. Sebuah karya dalam bentuk ide dan gagasan yang mulia untuk membangun
Negara.
Politik adalah alat utama berjalannya roda
pemerintahan. Namun ironis ketika berbicara politik hanya sebatas orang-orang
yang ada di kursi parlemen, lengkap dengan berbagai kasus penyimpangan jabatan
politiknya. Berbicara politik lebih dari itu, berbicara dan berdiskusi dengan
teman, keluarga dan kelompok lainnya tentang segala aspek permasalahan dalam
sistem birokrasi dan pemerintahan, kesejahteraan masyarakat, kemiskinan dan
permasalahan sosial lain beserta solusinya, sejatinya kita telah turut andil
dalam berpolitik. Namun apakah masih banyak pemuda di luar sana yang masih
tertarik untuk membicarakan hal-hal tersebut?
Jika kita bandingkan dengan catatan sejarah, kondisi
generasi muda saat ini bisa dibilang ada di fase kritis dalam hal nasionalisme
kebangsaan. Kita bisa lihat ketika era pra-kemerdekaan, para generasi muda
berduyun-duyun berpartisipasi dalam bidang politik, minimal mereka dengan
semangat memberikan buah pikirannya demi Indonesia. Banyak berdirinya organisasi
pemuda dan kemahasiswaan baik itu di dalam negeri atau di luar negeri merupakan
bukti bahwa mereka mempunyai semangat tinggi dalam berpolitik untuk Indonesia.
Idealisme mereka digunakan untuk kepentingan Negara. Hal yang sama pun terjadi
pada era reformasi 18 tahun lalu.
Bukan sepenuhnya salah para pemuda memang jika
memilih apatis terhadap politik mengingat apa yang dilakukan para elit politik
akhir-akhir ini . Salah satu PR baru yang harus dicari solusinya adalah
menghidupkan lagi semangat untuk nasionalisme kebangsaan bagi semua kalangan.
Hal ini bisa dikaji oleh para praktisi kenegaraan, politikus, para akademisi
dan mahasiswa termasuk dalam hal ini Saya sebagai mahasiswa politik mengapa
ketertarikan anak muda dalam berpolitik itu sangat minim. Kasus di atas
seharusnya tidak terjadi mengingat
Indonesia mempunyai banyak lembaga dan partai-partai politik yang seharusnya
bisa memberi contoh baik dalam berpolitik.
Saya sadari
bahwa menurunnya semangat para pemuda ini bukan karena mereka memilih untuk tidak
peduli, namun mereka tidak mempunyai pilihan lain. Kita lihat dari fakta yang
terdekat seperti misalnya tidak berjalan secara maksimalnya fungsi organisasi
kepemudaan baik yang ada di lingkungan desa dan sekolah-sekolah dalam membentuk
kepribadian kadernya dengan baik bisa menjadi salah satu pemicu mengapa para
pemuda tidak tertarik untuk berorganisasi dan belajar untuk ikut serta
dalam berpolitik. Faktor lain adalah
tidak efektifnya partai politik yang ada di daerah-daerah dalam mengedukasi
masyarakat sekitar untuk ikut belajar politik. Adanya partai politik yang salah
satu kewajibannya mengedukasi kadernya dan masyarakat tentang politik tidak
pernah bisa berhasil membuat masyarakat teredukasi. Bagaimana bisa berhasil
jika partai politik hanya melakukan pendekatan kepada masyarakat ketika
menjelang pemilihan umum saja, bukan pendekatan secara persuasif dan
partisipatif sehingga masyarakat mengerti secara seksama apa itu politik dan
merasakan bagaimana berpolitik sesungguhnya.
Dalam sudut pandang saya ada beberapa cara dalam
menghidupkan kembali semangat nasionalisme dan budaya berpolitik. Salah satunya
dan menjadi tugas saya setelah menjadi mahasiswa nanti adalah mengedukasi kembali masyarakat
seefektif mungkin. Membantu membenahi kinerja organisasi kepemudaan di tingkat
desa dan sekolah-sekolah merupakan hal yang wajib dilakukan demi menghidupkan
budaya politik. Sosialisasi kepada masyarakat tentang semangat kebangsaan juga
wajib dilakukan, dan ini dibutuhkan kerja sama seluruh lapisan masyarakat. Aparat
desa sebagai lembaga terdekat harus rajin mengajak warga untuk berpartisipasi
dalam agendanya. Ini akan memberikan pengetahuan secara tidak langsung kepada
masyarakat tentang agenda pemerintahan sehingga masyarakat tidak buta politik.
Pemerintah harus bisa mengajak warganya dalam berpolitik, khususnya para remaja
yang kelak akan melanjutkan kendali pemerintahan yang baru.
Mengedukasi masyarakat ini juga merupakan PR yang
harus kita kerjakan bersama-sama, khususnya kami sebagai mahasiswa Ilmu
Politik. Saya meyakini bahwa masa depan pemegang kendali pemerintahan dan
jajarannya masih cerah, masih bisa diisi oleh orang-orang yang kompeten dan
bertanggung jawab di bidangnya. Karena sesungguhnya ketidakpuasan masyarakat dengan apa yang
terjadi pada pemerintahan sekarang ini masih bisa dibenahi.
Bagaimanapun juga suatu bangsa harus memerhatikan
generasi mudanya. Para generasi muda inilah yang nantinya akan melanjutkan
tonggak pemerintahan selanjutnya. Melalui politik kita bisa kembali menjadi
bangsa yang berjaya dan disegani oleh dunia, kita bisa memperbaiki seluruh
aspek kehidupan negeri ini dan itu hanya bisa dilakukan jika seluruh jajaran
pemerintahan mempunyai kompetensi dan tanggung jawab. Edukasi politik secara
persuasif harus terus dilakukan oleh
semua orang yang mengerti politik. Indonesia membutuhkan perbaikan dalam sistem
kepemerintahan dan itu hanya bisa dilakukan melalui pendidikan.
Pendidikan dibuat untuk mencerdasakan kehidupan
masyarakat. Kewajiban kita sebagai mahasiswa bukan hanya sekedar mencari ilmu,
namun kita juga harus menyalurkan apa yang kita ketahui, kepada mereka yang
belum mengerti. Mahasiswa disiapkan untuk tidak menjadi robot, melainkan
disiapkan untuk mengabdi kepada masyarakat dan Negara. Kebodohan dan
ketidaktahuan akan terus berlangsung di negeri ini, jika yang mengerti hanya
diam dan tidak peduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar