Selasa, 30 Agustus 2016

GIZI BAIK BAGI INDONESIA

GIZI BAIK BAGI INDONESIA

Ditulis oleh
Dzakiyyah Azzahroh
FIKES, Ilmu Gizi
Duta Baca Soedirman 2016

Indonesia saat ini masih saja dihadapkan dengan masalah gizi buruk. Terutama di daerah-daerah terpencil yang sulit untuk di akses. Gizi buruk sendiri adalah suatu bentuk terparah akibat gizi menahun. Selain akibat kurangnya mengkonsumsi jenis makanan bernutrisi seimbang, gizi buruk juga bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan pencernaan atau gangguan penyerapan zat makanan yang penting untuk tubuh. Sebagai calon sarjana gizi saya ingin membuat Indonesia maju dalam hal kesehatan dengan menghilangkan masalah gizi buruk yang masih menjamur di masyarakat.

Seperti yang dilansir oleh Liputan6 pada 2013 bahwa persentase penyandang gizi buruk di Indonesia secara nasional tercatat sebanyak 4,7 persen yang disampaikan oleh Kasubdit Bina Gizi Klinis Kementrian Kesehatan Andry Harmami. Memang angka tersebut masih terbilang kecil dibandingkan angka 100 persen. Tetapi angka ini tidak dapat dianggap remeh. Jika kita melihat dari seluruh penduduk Indonesia, sama saja ada sekitar 11 juta penduduk di Indonesia yang menyandang status gizi buruk. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Karena jumlah tersebut hanya dari satu masalah penyakit yang menimpa penduduk Indonesia, belum dari penyakit-penyakit lainnya.

Seiring berjalannya waktu, status gizi penduduk Indonesia makin meningkat. Walaupun masih belum bisa dibandingkan dengan negara-negara yang telah maju. Namun peningkatan ini cukup baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pada awal tahun 2016 Menteri kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) menyatakan status gizi Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Hai ini dibuktikan dengan meningkatnya cakupan ASI Eksklusif dan menurunnya angka Balita pendek di Indonesia. Lancet Breastfeeding Series 2016 menyebutkan ASI Eksklusif di Indonesia meningkat dari 38% menjadi 65%, ujar Menkes usai membuka kegiatan Puncak Peringatan Hari Gizi nasional (HGN) ke-56 Tahun 2016 pada bulan Maret lalu. Indonesia pun mengalami keberhasilan lainnya dengan menurunkan angka stunting dari 37,2% menjadi 29,0%. Dengan menurunnya angka stunting di Indonesia membuktikan bahwa gizi Indonesia makin membaik.

Meskipun begitu, indonesia masih memiliki penduduk yang mengalami kekurangan gizi. Maka dari itu, saya ingin membuat Indonesia terbebas dari masalah ini dengan cara membuat dan membuka klinik atau rumah sakit gizi. Nantinya klinik atau rumah sakit ini dapat dikunjungi oleh semua kalangan. Baik orang-orang dengan ekonomi menengah, menengah kebawah, maupun menengah keatas. Klinik atau rumah sakit ini pun tidak membutuhkan kartu-kartu kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu. Seperti halnya B.J. habibie, ia membuka sebuah rumah sakit khusus jantung yang dimana masyarakat miskin tidak membutuhkan kartu-kartu kesehatan untuk dapat berobat secara gratis disana, karena beliau telah memfasilitasi masyarakat miskin untuk berobat secara gratis. Saya ingin membangun dan membukasebuah tempat yang mirip seperti itu. Dimana masyarakat miskin tidak perlu kesulitan untuk mendapatkan pengobatan.

Dengan saya  membangun dan membuka sebuat tempat seperti itu saya pun dapat membuat sebuah lahan pekerjaan yang cukup besar bagi sarjana-sarjana Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan dan pengangguran.

Dengan berdirinya klinik atau rumah sakit tersebut saya pun dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka penderita gizi buruk di Indonesia. Karena hingga saat ini penderita gizi buruk masih cukup banyak. Ada yang masih balita, batita, hingga remaja yang hampir beranjak dewasa pun ada yang menderita penyakit ini.

Seperti halnya yang telah dilansir oleh Liputan6, di Makassar ada seorang remaja bernama Hasrullah berusia 17 tahun warga Bontobaddo, RT 003/RW 001 Desa Tindang, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar karena kondisinya yang sangat lemah. Ia telah divonis oleh dokter menderita gizi buruk.
Nurareni, ibu kandung Hasrullah mengungkapkan, pada awalnya anaknya hidup normal sama seperti anak-anak lain. Namun ketika tamat sekolah dasar (SD), tiba-tiba kondisi tubuhnya menurun.

Dia melanjutkan, Hasrullah yang hanya memiliki berat 30 kg kala itu mulai sering demam dan lama-lama tubuhnya mengecil. "Obat dari puskesmas hanya bisa meredakan demam hanya sesaat, kemudian muncul lagi," kata Nuraeni kepada Liputan6.com saat ditemui di RS Labuang Baji Makassar, Kamis 21 Juli 2016.

Karena kondisi tubuhnya makin memburuk, Hasrullah mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Apalagi dia juga harus dipapah ketika hendak bergerak.

"Dia sudah mendaftar masuk SMP dan dinyatakan lolos tapi karena kondisi badannya yang sangat kurus dan sulit jalan, ia lalu malu dan minder untuk melanjutkan sekolah," ungkap Nuraeni.
Selama itu Hasrullah hanya bisa terbaring di ranjang tidur rumahnya. Sang bunda selalu membantu aktivitas sehari-harinya, seperti mandi. Sementara bapaknya, Arsyad Nambung setiap hari bekerja menggarap sawah orang dan nanti balik ke rumah usai maghrib.

"Karena kondisinya yang semakin lemah, kemarin saya membawa ke RS Labuang Baji yang ada di Kota Makassar dengan bermodalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS)," tutur dia.

"Hasrullah saat ini dirawat di kamar Bajiminasa E6 Lantai 2 RS. Labuang Baji Makassar," ucap Nuraeni.


Dari cuplikan berita yang saya ambil dari Liputan6 tersebut kita dapat melihat, bahwa gizi buruk tidak menyerang kepada anak kecil saja. Anak yang telah beranjak dewasa pun dapat mengalaminya. Maka dari itu dengan saya membangun dan membuka klinik atau rumah sakit gizi ini saya berharap saya dapat menghilangkan penyakit gizi buruk yang masih menjamur dipenduduk Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar