GIZI BAIK BAGI INDONESIA
Ditulis oleh
Dzakiyyah Azzahroh
Duta Baca Soedirman 2016
Indonesia
saat ini masih saja dihadapkan dengan masalah gizi buruk. Terutama di
daerah-daerah terpencil yang sulit untuk di akses. Gizi buruk sendiri adalah
suatu bentuk terparah akibat gizi menahun. Selain akibat kurangnya mengkonsumsi
jenis makanan bernutrisi seimbang, gizi buruk juga bisa disebabkan oleh
penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan pencernaan atau gangguan
penyerapan zat makanan yang penting untuk tubuh. Sebagai calon sarjana gizi
saya ingin membuat Indonesia maju dalam hal kesehatan dengan menghilangkan
masalah gizi buruk yang masih menjamur di masyarakat.
Seperti
yang dilansir oleh Liputan6 pada 2013 bahwa persentase penyandang gizi buruk di
Indonesia secara nasional tercatat sebanyak 4,7 persen yang disampaikan oleh
Kasubdit Bina Gizi Klinis Kementrian Kesehatan Andry Harmami. Memang angka
tersebut masih terbilang kecil dibandingkan angka 100 persen. Tetapi angka ini
tidak dapat dianggap remeh. Jika kita melihat dari seluruh penduduk Indonesia,
sama saja ada sekitar 11 juta penduduk di Indonesia yang menyandang status gizi
buruk. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Karena jumlah tersebut hanya
dari satu masalah penyakit yang menimpa penduduk Indonesia, belum dari
penyakit-penyakit lainnya.
Seiring
berjalannya waktu, status gizi penduduk Indonesia makin meningkat. Walaupun
masih belum bisa dibandingkan dengan negara-negara yang telah maju. Namun
peningkatan ini cukup baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pada
awal tahun 2016 Menteri kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K)
menyatakan status gizi Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Hai ini dibuktikan
dengan meningkatnya cakupan ASI Eksklusif dan menurunnya angka Balita pendek di
Indonesia. Lancet Breastfeeding Series 2016 menyebutkan ASI Eksklusif di
Indonesia meningkat dari 38% menjadi 65%, ujar Menkes usai membuka kegiatan
Puncak Peringatan Hari Gizi nasional (HGN) ke-56 Tahun 2016 pada bulan Maret
lalu. Indonesia pun mengalami keberhasilan lainnya dengan menurunkan angka
stunting dari 37,2% menjadi 29,0%. Dengan menurunnya angka stunting di
Indonesia membuktikan bahwa gizi Indonesia makin membaik.
Meskipun
begitu, indonesia masih memiliki penduduk yang mengalami kekurangan gizi. Maka
dari itu, saya ingin membuat Indonesia terbebas dari masalah ini dengan cara
membuat dan membuka klinik atau rumah sakit gizi. Nantinya klinik atau rumah
sakit ini dapat dikunjungi oleh semua kalangan. Baik orang-orang dengan ekonomi
menengah, menengah kebawah, maupun menengah keatas. Klinik atau rumah sakit ini
pun tidak membutuhkan kartu-kartu kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Seperti halnya B.J. habibie, ia membuka sebuah rumah sakit khusus jantung yang
dimana masyarakat miskin tidak membutuhkan kartu-kartu kesehatan untuk dapat
berobat secara gratis disana, karena beliau telah memfasilitasi masyarakat
miskin untuk berobat secara gratis. Saya ingin membangun dan membukasebuah
tempat yang mirip seperti itu. Dimana masyarakat miskin tidak perlu kesulitan
untuk mendapatkan pengobatan.
Dengan
saya membangun dan membuka sebuat tempat
seperti itu saya pun dapat membuat sebuah lahan pekerjaan yang cukup besar bagi
sarjana-sarjana Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan dan pengangguran.
Dengan
berdirinya klinik atau rumah sakit tersebut saya pun dapat membantu pemerintah
dalam mengurangi angka penderita gizi buruk di Indonesia. Karena hingga saat
ini penderita gizi buruk masih cukup banyak. Ada yang masih balita, batita,
hingga remaja yang hampir beranjak dewasa pun ada yang menderita penyakit ini.
Seperti
halnya yang telah dilansir oleh Liputan6, di Makassar ada seorang remaja
bernama Hasrullah berusia 17 tahun warga Bontobaddo, RT 003/RW 001 Desa
Tindang, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dirawat
di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar karena kondisinya yang sangat lemah. Ia telah
divonis oleh dokter menderita gizi buruk.
Nurareni,
ibu kandung Hasrullah mengungkapkan, pada awalnya anaknya hidup normal sama seperti
anak-anak lain. Namun ketika tamat sekolah dasar (SD), tiba-tiba kondisi
tubuhnya menurun.
Dia
melanjutkan, Hasrullah yang hanya memiliki berat 30 kg kala itu mulai sering
demam dan lama-lama tubuhnya mengecil. "Obat dari puskesmas hanya bisa
meredakan demam hanya sesaat, kemudian muncul lagi," kata Nuraeni kepada
Liputan6.com saat ditemui di RS Labuang Baji Makassar, Kamis 21 Juli 2016.
Karena
kondisi tubuhnya makin memburuk, Hasrullah mengurungkan niatnya untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Apalagi dia juga harus dipapah ketika
hendak bergerak.
"Dia
sudah mendaftar masuk SMP dan dinyatakan lolos tapi karena kondisi badannya
yang sangat kurus dan sulit jalan, ia lalu malu dan minder untuk melanjutkan
sekolah," ungkap Nuraeni.
Selama
itu Hasrullah hanya bisa terbaring di ranjang tidur rumahnya. Sang bunda selalu
membantu aktivitas sehari-harinya, seperti mandi. Sementara bapaknya, Arsyad
Nambung setiap hari bekerja menggarap sawah orang dan nanti balik ke rumah usai
maghrib.
"Karena
kondisinya yang semakin lemah, kemarin saya membawa ke RS Labuang Baji yang ada
di Kota Makassar dengan bermodalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS)," tutur
dia.
"Hasrullah
saat ini dirawat di kamar Bajiminasa E6 Lantai 2 RS. Labuang Baji
Makassar," ucap Nuraeni.
Dari
cuplikan berita yang saya ambil dari Liputan6 tersebut kita dapat melihat,
bahwa gizi buruk tidak menyerang kepada anak kecil saja. Anak yang telah
beranjak dewasa pun dapat mengalaminya. Maka dari itu dengan saya membangun dan
membuka klinik atau rumah sakit gizi ini saya berharap saya dapat menghilangkan
penyakit gizi buruk yang masih menjamur dipenduduk Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar