Selasa, 30 Agustus 2016

BASMI SETAN POLITIK!

BASMI SETAN POLITIK!

Ditulis oleh
Nur Wasilah
Jurusan Ilmu Politik
#1 Essay Terbaik Gensoed 2016
Duta Baca Soedirman 2016

Dunia politik saat ini benar-benar sudah sudah sangat bobrok, terutama Indonesia, karena mereka, para calon pejabat negara yang akan memimpin bangsa, kebanyakan melakukan kecurangan dalam pemilu. Tidak sedikit para anggota parpol yang sememangnya mereka luar biasa pada awalnya, namun mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri sehingga jatuh ke dalam busuknya jurang licik politik yang mengenaskan, sehingga menimbulkan dekadensi pada pola pikir para pemimpin bangsa. Bukankah ini membuktikan bahwa politik Indonesia sudah sangat bobrok? Padahal mereka mulanya berkeinginan baik untuk melakukan sebuah gubahan dan perubahan pada sistem yang menyimpang ini, tapi ternyata tidak berbeda. Tentu saja para generasi muda enggan untuk berpijak pada bumi politik yang sangat kejam, padahal Indonesia ini sangat membutuhkan pemimpin yang jujur dan bijaksana. Begitu seterusnya permasalahan di kancah politik Indonesia tak berujung habis diperbincangkan.
Lalu bagaimana dengan penggila nepotisme di negara ini? Busuk! Nepotisme politik kembali merasuki era ini. Nepotisme politik secara sederhana diartikan sebagai pemberian perlakuan istimewa kepada keluarga pribadi dalam kekuasaan tertentu. Secara holistik, para petinggi partai menempatkan anggota-anggota keluarga mereka ke dalam posisi yang istimewa. Padahal saya pikir masih ada generasi yang sememangnya bijak di luar sana yang masih belari di tempat karena kelicikan para setan politik. Mereka benar-benar menjepit para kader yang berusaha serta berjuang dari titik terendah. Memprihatinkan bukan? Nepotisme ini merupakan tindakan yang antidemokratis. Padahal kita semua tahu bahwa negara Indonesia ini adalah negara demokratis. Kenapa tidak negara ini menegaskan embargo politik dengan spesifikasi nepotisme? Jika anggota keluarga yang memberi posisi itu sudah lengser, maka penerusnya adalah setan yang diberi posisi, dan automatis akan terjadi hal serupa dengan setan-setan politik baru yang memimpin. Memuakkan bukan? Memang tidak semuanya. Namun pada intinya, hal tersebut tidak akan membawa negara ini menjadi sejahtera. Karena menurut saya, keegoisan dan kegalatan ini, merupakan titik tumpu berkembangbiaknya personalisasi kepemimpinan di Indonesia. Ini hal yang absurd? Ini sudah jelas!
Bisa kita perhatikan, kerap kali para petinggi yang melakukan nepotisme membela diri mereka dengan fakta-fakta dari negara demokratis lain, dengan memaparkan penjelasan tentang pelaku nepotisme yang melakukan tindakan tersebut di negara itu. Tentu saja ini tidak bisa dijadikan sebagai bahan dasar pembelaan dan perbandingan oleh para setan politik Indonesia. Mereka yang disebut sebagai pelaku nepotisme di negara tersebut, berkiprah di dunia politik bukan hanya karena pemberian kekuasaan dan spesialisasi. Namun para setan politik Indonesia harus melihat juga pelbagai latar belakang mereka yang benar-benar memiliki background kemampuan berpolitik serta pernah bergelut dalam pendidikan politik. Tentu saja ini tidak bisa dibandingkan dengan para petinggi politik di Indonesia yang memberikan posisi begitu saja seenak jidat mereka kepada anggota-anggota keluarga mereka. Dan jika pola pikir para petinggi pemerintahan demikian, sudah dipastikan bahwa pada akhirnya mereka tidak akan pernah bisa untuk menyejahterakan rakyat, tidak akan pernah bisa mengabdikan diri kepada negara, dan permasalahan politik Indonesia hanya bertumpu pada pejabat politik pemerintahan tersebut yang menggila, bukan memikirkan kesejahteraan rakyat. Padahal, pada dasarnya adanya pemerintah itu dimaksudkan untuk bisa mengendalikan segala yang berkiprah di negara ini, terutama rakyat Indonesia. Namun alhasil, mereka hanya bekerja untuk diri sendiri yang dilandasi dengan keegoisan dan keserakahan masing-masing. Mulailah para pejabat politik berlaku yang seharusnya! Masih ada generasi muda yang berjuang dan bergelut dalam pendidikan politik, yang sedang menyiapkan diri mereka untuk berkembang dan menyelamatkan negara Indonesia. Mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan masa mendatang demi kesejahteraan bangsa. Lalu untuk apa lagi tindak nepotisme masih dilakukan? Karena bisa kita lihat, dengan adanya fenomena golput dalam pemilu, bisa jadi ini menunjukan runtuhnya kepercayaan masyarakan kepada para pemimpin. Ini merupakan insinuasi saya kepada para setan politik.
Jika suatu saat nanti saya menjadi petinggi negara atau apapun yang berpijak pada bumi politik, akan saya yakinkan bahwa yang terjadi itu bukanlah karena hal busuk yang bernama nepotisme. Karena saya tahu kepada siapa dan untuk siapa sejatinya saya bekerja dan berjuang. Saya menyadari dengan segala keterbatasan pada diri saya sebagai generasi muda Indonesia yang masih buta akan dunia nyata, bahwa sebagian besar pemimpin rakyat itu benar-benar sangat memalukan. Dan saya tidak akan pernah mempermalukan diri sendiri terhadap negara ini, bangsa ini, dan Tuhan terutama. Saya ingin berkiprah di sana, berdiri tegak dan berjuang untuk negara Indonesia. Meneruskan perjuangan para pejuang Indonesia, mendharmabhaktikan rasa cinta saya terhadap Indonesia. Dan saya akan berusaha untuk itu. Tidak perlu membual berlebihan, karena saya paham bahwa setan politik akan selalu membual dan menebar janji-janji palsu kepada rakyat hanya demi kepentingan diri sendiri. Saya yakin, sebenarnya hanya dalam ruang politik itulah permasalahan tentang keseragaman dan keberagaman dapat diulas secara terbuka sehingga para pemimpin Indonesia mampu menemukan titik tumpu atau biang permasalahan yang sebenarnya menjadi skandal tanpa berkepanjangan. Saya berusaha untuk bisa mewujudkannya. Dan rupanya, saya memilih mengeksplorasi diri saya dalam pendidikan di sini, Universitas Jenderal Soedirman. Saya tidak berjanji untuk ini, tapi akan saya yakinkan bahwa saya akan bersungguh-sungguh dalam menghadapi dunia nyata, dan akan saya yakinkan bahwa kalian benar-benar tepat “membukakan” kesempatan kepada saya untuk mempersiapkan segalanya di sini, mengawali langkah saya untuk Indonesia. Karena saya yakin, bukan hanya anak menteri saja yang bisa menjadi menteri. Mereka bekerja hanya untuk memuaskan diri sendiri. Saat ini, saya belum bisa berjanji akan apa yang akan saya berikan, tapi saya berjanji akan apa yang akan saya lakukan untuk Indonesia. Apapun yang terjadi! Saya akan berusaha menciptakan kesempatan-kesempatan, sehingga dunia pun akan membukakan pintu kesempatan itu, menyejahterakan rakyat dan memakmurkan mereka. Tidak! Tapi kita semua.  Saya paham benar betapa menderitanya menjadi rakyat jelata miskin yang hidup bagaikan air di daun talas, mengiyakan segala yang mereka ucapkan, meski batin memberontak tak karuan. Dan camkan! Untuk yang merasa setan politik! Suatu saat nanti saya yang akan angkat bicara dan mematahkan perlakuan busuk kalian. Saya akan memiliki kesempatan itu. “Karena sesungguhnya, kesempatan itu bukan datang, tapi diciptakan.”

Semua ini sebenarnya memberikan pelajaran yang sangat berarti akan bahayanya nepotisme, tetapi para elite politik tak kunjung menyadari semua itu. Semoga para generasi penerus bangsa menjadi generasi yang bersih. Jadi apapun kita nanti, sejatinya kita semua mengabdi kepada tanah air tercinta, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar