BASMI SETAN POLITIK!
Ditulis oleh
Nur Wasilah
Jurusan Ilmu Politik
#1 Essay Terbaik Gensoed 2016
Duta Baca Soedirman 2016
Dunia politik saat ini benar-benar sudah sudah sangat bobrok,
terutama Indonesia, karena mereka, para calon pejabat negara yang akan memimpin
bangsa, kebanyakan melakukan kecurangan dalam pemilu. Tidak sedikit para
anggota parpol yang sememangnya mereka luar biasa pada awalnya, namun mereka
tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri sehingga jatuh ke dalam busuknya
jurang licik politik yang mengenaskan, sehingga menimbulkan dekadensi pada pola
pikir para pemimpin bangsa. Bukankah ini membuktikan bahwa politik Indonesia
sudah sangat bobrok? Padahal mereka mulanya berkeinginan baik untuk melakukan
sebuah gubahan dan perubahan pada sistem yang menyimpang ini, tapi ternyata
tidak berbeda. Tentu saja para generasi muda enggan untuk berpijak pada bumi
politik yang sangat kejam, padahal Indonesia ini sangat membutuhkan pemimpin
yang jujur dan bijaksana. Begitu seterusnya permasalahan di kancah politik
Indonesia tak berujung habis diperbincangkan.
Lalu bagaimana dengan penggila
nepotisme di negara ini? Busuk! Nepotisme politik kembali merasuki era ini. Nepotisme
politik secara sederhana diartikan sebagai pemberian perlakuan istimewa kepada
keluarga pribadi dalam kekuasaan tertentu. Secara holistik, para petinggi partai menempatkan anggota-anggota
keluarga mereka ke dalam posisi yang istimewa. Padahal saya pikir masih ada
generasi yang sememangnya bijak di luar sana yang masih belari di tempat karena
kelicikan para setan politik. Mereka benar-benar menjepit para kader
yang berusaha serta berjuang dari titik terendah. Memprihatinkan bukan?
Nepotisme ini merupakan tindakan yang antidemokratis. Padahal kita semua tahu
bahwa negara Indonesia ini adalah negara demokratis. Kenapa tidak negara ini menegaskan
embargo politik dengan spesifikasi nepotisme? Jika anggota keluarga yang
memberi posisi itu sudah lengser, maka penerusnya adalah setan yang diberi
posisi, dan automatis akan terjadi hal serupa dengan setan-setan politik baru
yang memimpin. Memuakkan bukan? Memang tidak semuanya. Namun pada intinya, hal
tersebut tidak akan membawa negara ini menjadi sejahtera. Karena menurut saya, keegoisan
dan kegalatan ini, merupakan titik tumpu berkembangbiaknya personalisasi
kepemimpinan di Indonesia. Ini hal yang absurd? Ini sudah jelas!
Bisa kita perhatikan, kerap kali para petinggi yang
melakukan nepotisme membela diri mereka dengan fakta-fakta dari negara
demokratis lain, dengan memaparkan penjelasan tentang pelaku nepotisme yang
melakukan tindakan tersebut di negara itu. Tentu saja ini tidak bisa dijadikan
sebagai bahan dasar pembelaan dan perbandingan oleh para setan politik
Indonesia. Mereka yang disebut sebagai pelaku nepotisme di negara tersebut,
berkiprah di dunia politik bukan hanya karena pemberian kekuasaan dan
spesialisasi. Namun para setan politik Indonesia harus melihat juga pelbagai
latar belakang mereka yang benar-benar memiliki background kemampuan
berpolitik serta pernah bergelut dalam pendidikan politik. Tentu saja ini tidak
bisa dibandingkan dengan para petinggi politik di Indonesia yang memberikan
posisi begitu saja seenak jidat mereka kepada anggota-anggota keluarga mereka.
Dan jika pola pikir para petinggi pemerintahan demikian, sudah dipastikan bahwa
pada akhirnya mereka tidak akan pernah bisa untuk menyejahterakan rakyat, tidak
akan pernah bisa mengabdikan diri kepada negara, dan permasalahan politik
Indonesia hanya bertumpu pada pejabat politik pemerintahan tersebut yang
menggila, bukan memikirkan kesejahteraan rakyat. Padahal, pada dasarnya adanya
pemerintah itu dimaksudkan untuk bisa mengendalikan segala yang berkiprah di
negara ini, terutama rakyat Indonesia. Namun alhasil, mereka hanya bekerja
untuk diri sendiri yang dilandasi dengan keegoisan dan keserakahan masing-masing.
Mulailah para pejabat politik berlaku yang seharusnya! Masih ada generasi muda
yang berjuang dan bergelut dalam pendidikan politik, yang sedang menyiapkan
diri mereka untuk berkembang dan menyelamatkan negara Indonesia. Mempersiapkan
diri mereka untuk kehidupan masa mendatang demi kesejahteraan bangsa. Lalu
untuk apa lagi tindak nepotisme masih dilakukan? Karena bisa kita lihat, dengan
adanya fenomena golput dalam pemilu, bisa jadi ini menunjukan runtuhnya
kepercayaan masyarakan kepada para pemimpin. Ini merupakan insinuasi saya
kepada para setan politik.
Jika suatu saat nanti saya menjadi petinggi negara
atau apapun yang berpijak pada bumi politik, akan saya yakinkan bahwa yang
terjadi itu bukanlah karena hal busuk yang bernama nepotisme. Karena saya tahu
kepada siapa dan untuk siapa sejatinya saya bekerja dan berjuang. Saya
menyadari dengan segala keterbatasan pada diri saya sebagai generasi muda
Indonesia yang masih buta akan dunia nyata, bahwa sebagian besar pemimpin
rakyat itu benar-benar sangat memalukan. Dan saya tidak akan pernah
mempermalukan diri sendiri terhadap negara ini, bangsa ini, dan Tuhan terutama.
Saya ingin berkiprah di sana, berdiri tegak dan berjuang untuk negara
Indonesia. Meneruskan perjuangan para pejuang Indonesia, mendharmabhaktikan rasa
cinta saya terhadap Indonesia. Dan saya akan berusaha untuk itu. Tidak perlu
membual berlebihan, karena saya paham bahwa setan politik akan selalu membual
dan menebar janji-janji palsu kepada rakyat hanya demi kepentingan diri
sendiri. Saya yakin, sebenarnya hanya dalam ruang politik itulah permasalahan
tentang keseragaman dan keberagaman dapat diulas secara terbuka sehingga para
pemimpin Indonesia mampu menemukan titik tumpu atau biang permasalahan yang
sebenarnya menjadi skandal tanpa berkepanjangan. Saya berusaha untuk bisa mewujudkannya.
Dan rupanya, saya memilih mengeksplorasi diri saya dalam pendidikan di sini,
Universitas Jenderal Soedirman. Saya tidak berjanji untuk ini, tapi akan saya
yakinkan bahwa saya akan bersungguh-sungguh dalam menghadapi dunia nyata, dan
akan saya yakinkan bahwa kalian benar-benar tepat “membukakan” kesempatan
kepada saya untuk mempersiapkan segalanya di sini, mengawali langkah saya untuk
Indonesia. Karena saya yakin, bukan hanya anak menteri saja yang bisa menjadi
menteri. Mereka bekerja hanya untuk memuaskan diri sendiri. Saat ini, saya
belum bisa berjanji akan apa yang akan saya berikan, tapi saya berjanji akan
apa yang akan saya lakukan untuk Indonesia. Apapun yang terjadi! Saya akan
berusaha menciptakan kesempatan-kesempatan, sehingga dunia pun akan membukakan
pintu kesempatan itu, menyejahterakan rakyat dan memakmurkan mereka. Tidak!
Tapi kita semua. Saya paham benar betapa
menderitanya menjadi rakyat jelata miskin yang hidup bagaikan air di daun
talas, mengiyakan segala yang mereka ucapkan, meski batin memberontak tak
karuan. Dan camkan! Untuk yang merasa setan politik! Suatu saat nanti saya yang
akan angkat bicara dan mematahkan perlakuan busuk kalian. Saya akan memiliki kesempatan
itu. “Karena sesungguhnya, kesempatan itu bukan datang, tapi diciptakan.”
Semua ini sebenarnya memberikan pelajaran yang sangat
berarti akan bahayanya nepotisme, tetapi para elite politik tak kunjung
menyadari semua itu. Semoga para generasi penerus bangsa menjadi generasi yang
bersih. Jadi apapun kita nanti, sejatinya kita semua mengabdi kepada tanah air
tercinta, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar