Selasa, 30 Agustus 2016

Demi Keluarga, Demi Kemanusian, dan Demi Indonesia

Demi Keluarga, Demi Kemanusian, dan Demi Indonesia

Ditulis oleh
Arya Indra Madani
Pendidikan Dokter

G1A016050

Dokter adalah pekerjaan yang dapat dibilang sangat menjanjikan akan masa depan. Hidup bergelimang harta, penuh dengan kemewahan, dan berada dalam kemapanan. Tak perlu bekerja keras, tak perlu bersusah payah, dan tak perlu memeras keringat, hanya dengan pemeriksaan ringan sudah bisa mendapatkan uang. Setidaknya itulah mindset masyarakat Indonesia pada umumnya tentang seorang dokter. Tetapi, itu semua berbeda dengan pemikiranku sebagai seorang generasi penerus bangsa.  Aku memiliki idealisme bahwa menjadi dokter adalah bukan untuk kemapanan, bukan untuk kekayaan, serta bukan untuk kemewahan. Akan tetapi, menjadi dokter adalah sebuah tujuan mulia melaksanakan perintah Tuhan untuk menolong sesama, berjuang demi kemanusian, dan tentunya mengabdikan diri kepada masyarakat Indonesia.
            Namaku Arya Indra Madani, seorang pemuda yang lahir di Jayapura, 30 Mei tujuh belas tahun silam. Sudah sejak menginjak bangku sekolah dasar, aku memiliki gambaran masa depan sebagai seorang dokter. Pada awalnya memang mindsetku tentang dokter, sama seperti masyarakat pada umumnya. Berkeinginan menjadi dokter hanya untuk mencari harta, harta, dan harta. Entah sejak kapan pola pikirku mulai berubah, yang pasti ada beberapa nasehat yang telah menyadarkanku. Pertama, nasehat dari seorang guru Fisika sekaligus wali kelas kelas akselerasi SMAN 3 Jombang. Kurang lebih beginilah nasehat beliau “Nak jika kamu ingin kaya jangan jadi dokter. Dokter itu melayani masyarakat, mengabdi pada masyarakat, dan berjiwa sosial tinggi.”. Kedua, nasehat dari kedua orang tuaku yang mengatakan bahwa dokter itu bukan lahan untuk mencari uang, dokter itu fiisabilillah berjuang di jalan Allah. 
            Karena kedua nasehat tersebut, aku semakin yakin akan berjuang di jalan Allah, berjuang demi kemanusian, dan berjuang demi masyarakat. Tahun 2016, akhirnya dengan jerih payah aku berhasil diterima sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman. Hal ini tentu saja kebahagiaan terbesar dalam hidup, melihat orang tua tersenyum bangga membuatku ingin meneteskan air mata bahagia. Masuk sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Jendral Soedirman adalah sebuah langkah besar bagiku untuk memulai perjuangan yang tiada henti.  Dalam 4 sampai 5 tahun kedepan, akan aku manfaatkan waktu dan kesempatan untuk mencari ilmu, pengalaman, keahlian, dan rekan sebanyak-banyaknya kemudian lulus dengan prestasi yang membanggakan.
            Menurutku bagian sulit dalam hidup adalah ketika kita telah selesai menamatkan kuliah. Kita akan dihadapkan pada realita kehidupan yang keras. Setelah selesai kuliah, dan akhirnya mendapatkan gelar Dr., aku mempunyai sebuah keinginan untuk bekerja di sebuah rumah sakit untuk sekitar satu sampai dua tahun. Waktu tersebut akan kugunakan untuk mencari uang dan mengumpulkan modal untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis bedah.Selain itu uang tersebut juga akan kugunakan untuk membantu membiayai kuliah adikku.
Setelah berhasil menjadi dokter spesialis, aku akan kembali kerja di rumah sakit untuk lima sampai tujuh tahun. Dalam rentang waktu tersebut aku akan membeli rumah sendiri dan berangkat ke tanah suci bersama keluarga tercinta. Aku juga punya rencana akan mengumpulkan semua teman yang bekerja dalam bidang yang sama denganku untuk membuat sebuah projek. Aku ingin mendirikan rumah sakit atau klinik sendiri bersama mereka. Rumah sakit dimana aku berada di posisi sebagai pimpinan rumah sakit tersebut.Rumah sakit dimana memiliki sistem pelayanan yang sangat baik pada pasien yang kurang mampu, memberikan keringanan biaya kepada mereka. Tidak semena-mena terhadap masyarakat yang tidak mampu membayar biaya pengobatan, tidak semena-mena membedakan antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah. Tak perlu besar dan tak perlu mewah yang terpenting cukup untuk menampung dan mengobati masyarakat sekitar.
Jika telah sukses pada suatu daerah, aku akan buka rumah sakit yang sama di daerah lain. Ini adalah mimpi terbesarku saat ini, yaitu memiliki rumah sakit yang mengabdi kepada semua masyarakat Indonesia dari golongan atas hingga bawah tanpa terkecuali, di seluruh daerah di Indonesia agar tak ada lagi warga negeriku ini yang menderita karena kurangnya instansi-instansi kesehatan pemerintah, menderita karena mahalnya biaya pengobatan, menderita karena kurangnya pengetahuan akan kesehatan. Sekilas nampak keinginanku memiliki rumah sakit dengan sistem pelayanan tersebut  akan sulit bahkan hampir mustahil untuk diwujudkan. Namun, inilah mimpiku, mimpi yang akan aku perjuangankan sampai titik darah penghabisan, demi kemanusiaan dan demi negeriku tercinta.
Selain itu aku juga ingin membuka klinik pengobatan gratis di kampung halamanku, Jombang sebagai tanda pengabdianku kepada kota tercinta. Klinik yang tidak hanya menyembuhkan masyarakat, namun juga mengedukasi masyarakat tentang berbagai hal dalam dunia kesehatan. Pada saat usiaku telah mulai senja, aku berencana untuk menjadi seorang menteri kesehatan. Aku ingin mengubah sistem pelayan kesehatan di Indonesia agar lebih mudah, adil, dan merata. Aku juga akan berjuang menyejahterakan dokter sebagai pejuang kemanusiaan agar tidak menarik biaya berlebihan kepada pasien dan berjuang agar biaya kesehatan di Indonesia semakin terjangkau. Di akhir hayatku, aku ingin dikenang sebagai seorang lelaki yang berjuang demi keluarga, demi kemanusiaan, dan demi Indonesia.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar