Demi Keluarga, Demi Kemanusian, dan Demi Indonesia
Ditulis oleh
Arya Indra
Madani
Pendidikan
Dokter
G1A016050
Dokter adalah pekerjaan yang dapat dibilang sangat menjanjikan akan
masa depan. Hidup bergelimang harta, penuh dengan kemewahan, dan berada dalam
kemapanan. Tak perlu bekerja keras, tak perlu bersusah payah, dan tak perlu
memeras keringat, hanya dengan pemeriksaan ringan sudah bisa mendapatkan uang.
Setidaknya itulah mindset masyarakat Indonesia pada umumnya tentang
seorang dokter. Tetapi, itu semua berbeda dengan pemikiranku sebagai seorang
generasi penerus bangsa. Aku memiliki
idealisme bahwa menjadi dokter adalah bukan untuk kemapanan, bukan untuk
kekayaan, serta bukan untuk kemewahan. Akan tetapi, menjadi dokter adalah
sebuah tujuan mulia melaksanakan perintah Tuhan untuk menolong sesama, berjuang
demi kemanusian, dan tentunya mengabdikan diri kepada masyarakat Indonesia.
Namaku Arya Indra
Madani, seorang pemuda yang lahir di Jayapura, 30 Mei tujuh belas tahun silam.
Sudah sejak menginjak bangku sekolah dasar, aku memiliki gambaran masa depan
sebagai seorang dokter. Pada awalnya memang mindsetku tentang dokter,
sama seperti masyarakat pada umumnya. Berkeinginan menjadi dokter hanya untuk
mencari harta, harta, dan harta. Entah sejak kapan pola pikirku mulai berubah,
yang pasti ada beberapa nasehat yang telah menyadarkanku. Pertama, nasehat dari
seorang guru Fisika sekaligus wali kelas kelas akselerasi SMAN 3 Jombang.
Kurang lebih beginilah nasehat beliau “Nak jika kamu ingin kaya jangan jadi
dokter. Dokter itu melayani masyarakat, mengabdi pada masyarakat, dan berjiwa
sosial tinggi.”. Kedua, nasehat dari kedua orang tuaku yang mengatakan bahwa dokter
itu bukan lahan untuk mencari uang, dokter itu fiisabilillah berjuang di jalan
Allah.
Karena kedua
nasehat tersebut, aku semakin yakin akan berjuang di jalan Allah, berjuang demi
kemanusian, dan berjuang demi masyarakat. Tahun 2016, akhirnya dengan jerih
payah aku berhasil diterima sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman. Hal ini tentu saja kebahagiaan terbesar dalam
hidup, melihat orang tua tersenyum bangga membuatku ingin meneteskan air mata
bahagia. Masuk sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Jendral Soedirman
adalah sebuah langkah besar bagiku untuk memulai perjuangan yang tiada
henti. Dalam 4 sampai 5 tahun kedepan,
akan aku manfaatkan waktu dan kesempatan untuk mencari ilmu, pengalaman,
keahlian, dan rekan sebanyak-banyaknya kemudian lulus dengan prestasi yang
membanggakan.
Menurutku bagian
sulit dalam hidup adalah ketika kita telah selesai menamatkan kuliah. Kita akan
dihadapkan pada realita kehidupan yang keras. Setelah selesai kuliah, dan
akhirnya mendapatkan gelar Dr., aku mempunyai sebuah keinginan untuk bekerja di
sebuah rumah sakit untuk sekitar satu sampai dua tahun. Waktu tersebut akan
kugunakan untuk mencari uang dan mengumpulkan modal untuk melanjutkan
pendidikan dokter spesialis bedah.Selain itu uang tersebut juga akan kugunakan
untuk membantu membiayai kuliah adikku.
Setelah berhasil menjadi dokter spesialis, aku akan kembali kerja
di rumah sakit untuk lima sampai tujuh tahun. Dalam rentang waktu tersebut aku
akan membeli rumah sendiri dan berangkat ke tanah suci bersama keluarga
tercinta. Aku juga punya rencana akan mengumpulkan semua teman yang bekerja
dalam bidang yang sama denganku untuk membuat sebuah projek. Aku ingin
mendirikan rumah sakit atau klinik sendiri bersama mereka. Rumah sakit dimana
aku berada di posisi sebagai pimpinan rumah sakit tersebut.Rumah sakit dimana
memiliki sistem pelayanan yang sangat baik pada pasien yang kurang mampu,
memberikan keringanan biaya kepada mereka. Tidak semena-mena terhadap
masyarakat yang tidak mampu membayar biaya pengobatan, tidak semena-mena
membedakan antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah. Tak perlu
besar dan tak perlu mewah yang terpenting cukup untuk menampung dan mengobati
masyarakat sekitar.
Jika telah sukses pada suatu daerah, aku akan buka rumah sakit yang
sama di daerah lain. Ini adalah mimpi terbesarku saat ini, yaitu memiliki rumah
sakit yang mengabdi kepada semua masyarakat Indonesia dari golongan atas hingga
bawah tanpa terkecuali, di seluruh daerah di Indonesia agar tak ada lagi warga
negeriku ini yang menderita karena kurangnya instansi-instansi kesehatan
pemerintah, menderita karena mahalnya biaya pengobatan, menderita karena
kurangnya pengetahuan akan kesehatan. Sekilas nampak keinginanku memiliki rumah
sakit dengan sistem pelayanan tersebut
akan sulit bahkan hampir mustahil untuk diwujudkan. Namun, inilah
mimpiku, mimpi yang akan aku perjuangankan sampai titik darah penghabisan, demi
kemanusiaan dan demi negeriku tercinta.
Selain itu aku juga ingin membuka klinik pengobatan gratis di
kampung halamanku, Jombang sebagai tanda pengabdianku kepada kota tercinta.
Klinik yang tidak hanya menyembuhkan masyarakat, namun juga mengedukasi
masyarakat tentang berbagai hal dalam dunia kesehatan. Pada saat usiaku telah
mulai senja, aku berencana untuk menjadi seorang menteri kesehatan. Aku ingin
mengubah sistem pelayan kesehatan di Indonesia agar lebih mudah, adil, dan
merata. Aku juga akan berjuang menyejahterakan dokter sebagai pejuang
kemanusiaan agar tidak menarik biaya berlebihan kepada pasien dan berjuang agar
biaya kesehatan di Indonesia semakin terjangkau. Di akhir hayatku, aku ingin
dikenang sebagai seorang lelaki yang berjuang demi keluarga, demi kemanusiaan,
dan demi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar