Minggu, 11 September 2016

Qurban 
by Liana Azani

Gema takbir berkumandang disegala penjuru mata angin, beahut-sahutan dengan lantang, menelusup kesanubari, menggetatarkan hati, meggigilkan jiwa. Setetesair mata bergulir, gema takbir perlahan menjelma elegi, memutar memori, memunculkan kenangan. Takbir ini sungguh dashyat, menggali memori yang sempat lama terlupa. Sebuah peristiwa antara Ayah dan Anaknya, tentang komitmen yang harus dipegang, dan sebuah rasa yang menggelora dihati sang Ayah. Bermula dari mimpi yang berulang-ulang, mimpi yang jika dialami oleh orang sepertinya pasti benar adanya,karena mimpi itu pasti darilah Tuhan dataanaknyngnya, dengan perasaan yang gundah gulana sang ayah menceritakan mimpinya kepada anaknya,yakni Ismail bahwa didalam mimpinya itu dia sedang membaringkan anaknya di sebuah batu dan meyembelihnya dengan pisaunya sendiri, dengan lemah lembut anaknya Ismail berkata bahwa itu adalah perintah dari Allah tuhan mereka, maka mereka wajib melaksanan perintahNya, akhirnya dengan ketetapan hati, ayahnya memutuskan bahwa ia akan menyembelih anaknya sendiri untuk mematuhii perintah Tuhannya,saat itupun tiba, dengan ketetapan hati dia membaringkan anaknya pada sebuah batu besar, menutup mata anaknya dan menempelkan mata pisau pada leher anaknya, bersiap menyembelihnya, didetik terakhir, saat semua kepasrahan, kepercayaan  dan keikhlasan,telah dia tumpahkan pada titik terttingginya, keajaiban Allah datang, tiba-tiba Allah mengganti tubuh anaknya menjadi seekor domba yang besar, buah keikhlasan  mereka berdua yang akhirnya terus diperingati hingga hari ini,hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini adalah bahwa kita sebagai kaum muslimin sudah sepatutnya untuk selalu berbaik sangka kepada Allah, selalu ikhlas akan semua takdir yang telah digariskan oleh Allah, dan percaya bahwa semua hal yang terjadi dalam hidup kita, yang telah digariskan oleh Allah selalu mempunya hikmah yang bisa kita petik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar