Qurban
by Liana Azani
Gema takbir berkumandang disegala penjuru
mata angin, beahut-sahutan dengan lantang, menelusup kesanubari, menggetatarkan
hati, meggigilkan jiwa. Setetesair mata bergulir, gema takbir perlahan menjelma
elegi, memutar memori, memunculkan kenangan. Takbir ini sungguh dashyat,
menggali memori yang sempat lama terlupa. Sebuah peristiwa antara Ayah dan
Anaknya, tentang komitmen yang harus dipegang, dan sebuah rasa yang menggelora
dihati sang Ayah. Bermula dari mimpi yang berulang-ulang, mimpi yang jika
dialami oleh orang sepertinya pasti benar adanya,karena mimpi itu pasti darilah
Tuhan dataanaknyngnya, dengan perasaan yang gundah gulana
sang ayah menceritakan mimpinya kepada anaknya,yakni Ismail bahwa didalam
mimpinya itu dia sedang membaringkan anaknya di sebuah batu dan meyembelihnya
dengan pisaunya sendiri, dengan lemah lembut anaknya Ismail berkata bahwa itu
adalah perintah dari Allah tuhan mereka, maka mereka wajib melaksanan
perintahNya, akhirnya dengan ketetapan hati, ayahnya memutuskan bahwa ia akan
menyembelih anaknya sendiri untuk mematuhii perintah Tuhannya,saat itupun tiba,
dengan ketetapan hati dia membaringkan anaknya pada sebuah batu besar, menutup
mata anaknya dan menempelkan mata pisau pada leher anaknya, bersiap
menyembelihnya, didetik terakhir, saat semua kepasrahan, kepercayaan dan keikhlasan,telah dia tumpahkan pada titik
terttingginya, keajaiban Allah datang, tiba-tiba Allah mengganti tubuh anaknya
menjadi seekor domba yang besar, buah keikhlasan mereka berdua yang akhirnya terus diperingati
hingga hari ini,hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini adalah bahwa kita
sebagai kaum muslimin sudah sepatutnya untuk selalu berbaik sangka kepada
Allah, selalu ikhlas akan semua takdir yang telah digariskan oleh Allah, dan
percaya bahwa semua hal yang terjadi dalam hidup kita, yang telah digariskan
oleh Allah selalu mempunya hikmah yang bisa kita petik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar