Karyaku Untuk Bangsa Yang Lebih Baik
Ditulis oleh
Roby Ardiansyah
Fakultas Ilmu Budaya
Duta Baca Soedirman 2016
Sewaktu kecil pernahkah terlitas dibenak kalian,apa yang
akan kalian lakukan kelak ketika dewasa?Tentu pernah bukan?Mulai dari cita -
cita yang ingin dicapai, sampai sesuatu yang mungkin tidak masuk akal seperti
ingin terbang mungkin.Tetapi,seiring dengan berjalannya waktu,pola pikir kita
pun ikut berubah.
Mahasiswa,sebutan itu yang mungkin akan aku dapatkan
dalam waktu dekat .Mahasiswa
tentu tidak sama dengan pelajar SMA yang hanya menunggu tugas dari guru mereka. Mahasiswa juga bukan sebuah
status untuk kebanggan semata. Namun mahasiswa adalah status yang disematkan
kepada pemuda – pemudi Indonesia yang aktif berperan terhadap dirinya sendiri,
masyarakat luas, juga bangsanya.
Sebagai mahasiswa,kita
harus mulai memikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk masyarakat maupun
almamater/universitas.Kita dituntut untuk terus berinovasi sesuai dengan
perkembangan zaman,baik dari segi informasi maupun teknologi.Maka dari itu,di
saat atau seusai melalui masa perkuliahan pasti akan menghasilkan suatu
karya.Nanti,saat aku telah berhasil mendapat gelar sarjana Bahasa Indonesia,aku
berencana untuk mendirikan sebuah taman baca atau mungkin perpustakaan yang
bisa diakses oleh kalangan umum.Tentu ini merupakan cara untuk meningkatkan
minat membaca masyarakat
Mengapa perpustakaan?Berdasarkan survei UNESCO minat baca masyarakat
Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dalam seribu masyarakat hanya ada satu
masyarakat yang memiliki minat baca.Minat baca literasi masyarakat Indonesia masih sangat tertinggal dari
negara lain. Dari 61 negara, Indonesia menempati peringkat 60.Banyak faktor yang menyebabkan
kemampuan membaca anak-anak Indonesia tergolong rendah. Pertama, ketiadaan
sarana dan prasarana, khususnya perpustakaan dengan buku-buku yang bermutu dan
memadai. Bisa dibayangkan, bagaimana aktivitas membaca anak-anak kita tanpa
adanya buku-buku bermutu. Untuk itulah, ketiadaan sarana dan prasarana,
khususnya perpustakaan dengan buku-buku bermutu menjadi suatu keniscayaan bagi
kita. Kedua, banyaknya keluarga di Indonesia yang belum mentradisikan kegiatan
membaca. Padahal, jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki pikiran luas
dan baik akhlaknya, mau tidak mau kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini.
Bahkan, Fauzil Adhim dalam bukunya Membuat Anak Gila Membaca (2007) mengatakan,
bahwa semestinya memperkenalkan membaca kepada anak-anak sejak usia 0-2 tahun. Mengapa? Karena, pada masa 0-2 tahun perkembangan
otak anak amat pesat (80% kapasitas otak manusia dibentuk pada periode dua
tahun pertama) dan amat reseptif (gampang menyerap apa saja dengan memori yang
kuat). Bila sejak usia 0-2 tahun sudah dikenalkan dengan membaca, kelak mereka
akan memiliki minat baca yang tinggi. Dalam menyerap informasi baru, mereka
akan lebih enjoy membaca buku ketimbang menonton TV atau mendengarkan radio
Di samping itu, orangtua juga perlu menetapkan jam wajib baca.
Tiap anggota keluarga, baik orangtua maupun anak-anak diminta untuk
mematuhinya. Di tengah kesibukan di luar rumah, semestinya orangtua menyisihkan
waktunya untuk membaca buku, atau sekadar menemani anak-anaknya membaca buku.
Dengan begitu, anak-anak akan mendapatkan contoh teladan dari kedua orang
tuanya secara langsung.Sedangkan di tingkat sekolah, rendahnya minat baca
anak-anak bisa diatasi dengan perbaikan perpustakaan sekolah. Seharusnya, pihak
sekolah, khususnya Kepala Sekolah bisa lebih bertanggung jawab atas kondisi
perpustakaan yang selama ini cenderung memprihatinkan. Padahal, perpustakaan
sekolah merupakan sumber belajar yang sangat penting bagi siswanya. Dengan
begitu, masalah rendahnya minat baca akan teratasi.Perkembangan iptek yang
semakin maju tentu memiliki sisi positif dan negatif.Hal ini juga berpengaruh
pada minat baca masyarakat.
Maka dari untuk
meningkatkan minat baca masyarakat,diperlukan adanya campurtangan dari
kita.”Kalau bukan kita,siapa lagi?”,pepatah itu perlu kita tanamkan dalam diri
seorang sebagaimana perannya sebagai agent of change. Angent of
change atau dalam bahasa indonesia disebut dengan agen perubahan,yang
berarti mahasiswa berperan besar dalam dalam proses pembentukan suatu
bangsa.menjadi lebih baik.Sejarah mencatat,mahasiswa telah melakukan banyak
perubahan besar,salah satunya dengan tuntutan mahasiswa yang terjadi pada Orde
Baru yang pada akhirnya orde tersebut digantikan oleh Orde Refomasi.
Dari hal di
atas,mendorongku untuk berpikir bagaimana caranya untuk membuat bangsa lebih
baik,tentunya dengan caraku sendiri.Dan yang terpikirkan olehku adalah,untuk
membatu orang/anak - anak yang belum beruntung dari aspek ekonomi sehingga
mereka belum bisa mengenyam pendidikan.aku pikir membuat sebuah rumah singgah
bisa jadi solusi yang tepat.
Dengan begitu anak - anak
yang putus sekolah maupun tidak bersekolah karena aspek ekonomi,dapat tetap
menimba ilmu.Rumah singgah ini akan aku bangun di daerah yang belum merata
lembaga pendidikannya.Selain untuk anak - anak,tempat ini juga diperuntukan
bagi para masyarakat atau orang tua yang buta huruf,untuk kemudian dibimbing
dalam belajar baca tulis.
Sebenarnya banyak kendala
untuk mewujudkan hal tersebut,salah satunya buku itu tersendiri,Stok buku bekas
layak pakai tentu sulit untuk dicari,karena minat membaca masyarakat yang
kurang,mempengaruhi jumlah buku bacaan yang dibeli atau dimilikinya.Selain
masalah pasokan buku bekas,masalah sosialisasi juga jadi kendala.Kita perlu
meluruskan pola pikir orang tua anak yang menganggap pendidikan sebagai nomor
dua,menomor satukan anak untuk bekerja membantu perekonomian keluarga.”Yang
penting kerja,dan asap dapur ngepul tiap hari” adalah pemikiran yang
harus diubah oleh orang tua.Tidak ada salahnya mememang jika anak ikut bekerja
membantu orangtua,akan tetapi orangtua juga tidak bisa megambil hak anak untuk
mendapatkan pendidikan.
Kebutuhan akan pendidikan
mutlak diperlukan guna menciptakan generasi muda yang berwawasan luas serta
berbudi pekerti luhur.Tujuan ini tidak akan serta - merta terwujud tanpa peran
aktif dari kita,masyarakat,serta pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar